Kamis, 05 Juni 2008

TUNE UP SATRIA

Saat ini banyak beredar macam-macam knalpot racing khususnya untuk Motor Suzuki Satria F150. Mulai dari yg abal-abal sampai yg bagus. Harganya pun bervariasi mulai dari 200 rb an sampai 2jt an. Berikut saya ulas beberapa knalpot yg pernah saya pakai ataupun hasil dari review lainnya. AHRS, Harga 200rb an Suara enak di denger, tapi saat di geber suaranya pecah, hmmmmm bikin malu aja. Tarikan bawah lumayan dibanding standar tapi atasnya ngedrop. Anen, Harga 450rb Ini knalpot bikinan hasil karya Anen, lokasi di Jl. Kedoya Raya, telp. 081310567229, 0216320404. Kalo di chips dah berubah merek jadi sinergy. Bahan slincer dari aluminium dan pipa dari besi. Suara garing banget, sangat tidak direkomendasikan untuk geber di komplek karena bisa di timpuk warga karena berisiknya. Tarikan bawah galak bo suerrrr dehhh... tp atasnya ketahan, mesin teriak tapi motor sedikit bergerak. Jika mesin ente standar cukup bagus knalpot ini. TDR, Harga 1,1jt an Knalpot import datang dari Thai. Kualitas bahan bagus banget. Slincer terbuat dari aluminium dan pipanya terbuat dari stainless. Suaranya ngebas dan saat di geber terdengar bulat tidak pecah. Jika kita perhatian knalpot bermerek Yoshimura Titan/ CMS/ DBS mempunyai bentuk & bahan yg sama. Perbedaan terletak pada panjangnya slincer. Tarikan bawah galak namun untuk putaran atasnya terasa kurang berisi. Yosimura, Harga 1,4jt an CMS, Harga 1,1jt s/d 1.3jt DBS, Harga 1,5 s/d 1,7jt an Knalpot import datang dari Thai. Kualitas bahan bagus banget. Ada 2 tipe slincernya yaitu dari bahan Stainless dan Aluminium. Pipanya terbuat dari stainless. Suaranya ngebas dan saat di geber terdengar bulat tidak pecah. Jika kita perhatian knalpot bermerek lainnya yaitu CMS/ DBS mempunyai bentuk & bahan yg sama demikian jg dengan lekukan2, panjang dan diameternya, cuma beda merek aja. Tarikan bawah galak & Atasnya ngisi terus alias motor akan maju terus jika mesinnya masih kuat teriak. Sangat di rekomendasikan jika ente-ente sudah mengganti dengan parts racing. Berikut adalah gambar di ambil dari knalpot Yoshimura Stainless. Di geber pada RPM 7000an dalam keadaan idle. (ciri khas knalpot stainless

Tiru2

Tiru dan Kembangkan Inilah fenomena lama yang diperbaharui. Meniru, menyempurnakan dan mengembangkan nampaknya bukan menjadi monopoli sebagian kecil pelajar dalam ‘mencontek’ PR, ‘skripsi’ dan sejenisnya. Perusahaan sekaliber Indomobil-pun melakukannya. Tapi ini ada tapi-nya lhoo.. Yang ini dijamin HALAL, Tanya kennnapaaa??? Ya, karena sama2 bermerk Suzuki, jadinya halal-halal saja dilakukan, lha wong ini cumin masalah strategi marketing kok. Pada bingung deh, kok ngak ada bahasan motornya yaa. Tenang, tulisan ini hanya membahas adanya kemunculan si Bungsu Satria F150 dengan desain warna baru, Hitam Kuning. Keren? Hmm, nilai sendiri deh. Bro, jangan Tanya spesifikasi teknis yaa, Ngak bakalan dibahas, wong jenisnya sama persis weks :P. Liat aja buku manualnya.. hihihi. Ceritanya begini Bro, di arena Pekan Raya Jakarta yang digelar di area PRJ kemayoran di Stand Suzuki, turut dipamerkan Satria F150. Salah satu rasa baru adalah desain warna hitam kuning yang mencolok. Usut punya usut, ternyata ini bukan pertama kali diluncurkan. Di negeri gajah putih sana, desain warna ini sudah lama beredar dipasaran. Silahkan Bandingkan keduanya… OK deh, welcome to SSFC the Knight’s Black Yellow… ----- Brothers,.. Seiring perkembangan waktu, SUZUKI, sesuai semboyanannya “Inovasi Tiada Henti” berhasil mengecoh penulis. Apa yang ditampilkan di PRJ tak lebih dari stimulus belaka. Kenyataannya Satria FU terbaru yang beredar memiliki warna beragam, paling tidak ada 3 warna selain warna kuning. Merah, Biru-putih, Hitam Carbon look. Dengan demikian, cukup kiranya koreksi dari redaksi, jadi siapapun anda silahkan bergabung dengn Kami, SSFC. Adi SSFC-056

TANYA JAWAB

Hai Em-Plus. Aku cewek nyemplak Suzuki Satria F-150. Trus punya beberapa pertanyaan. 1. Ban udah ganti ukuran 80/90-17 (depan) dan 90/90-17 (belakang). Apa ini punya dampak negatif, lantaran pelek masih asli, lho? 2. Setelah motor dicuci, dari lubang di bawah knalpot sering netes air. Padahal waktu dicuci lubang knalpot sudah ditutup pakai plastik. Apa sebabnya? 3. Bensin pakai Pertamax Plus. Katanya kalau lama tidak dipakai akan timbul endapan (gum). Terus gimana cara mengetahui dan mencegahnya? Sebab motor jarang dipakai. 4. Akibat terlalu lama tidak dipakai, apa oli mesin harus diganti? Dan pernah lihat oil treatment, apa dampaknya jika dikonsumsi? 5. Berapa top-speed Satria F-150? NOVIANA, Jl. H. Rais A. Rachman, Gg. Tenaga Baru I, Pontianak, Kalimantan Barat 1. Pabrikan tentu tidak asal. Seperti pemilihan ban dan pelek standar. Dipasang pelek ukuran 1,40X17 untuk depan dan 1,60X17 belakang. Depan dilapis ban 70/80-17 dan 80/90-17 untuk buritan. Semua diperhitungkan menyesuaikan kebutuhan motor biar gasingan tidak berat juga stabil. Kalau ban sudah diganti, jelas ada dampaknya. Seperti tapak ban yang melebar berarti makin stabil diajak menikung. Sialnya, tapak lebar justru bikin berat lantaran permukaan kompon jadi banyak bergesek dengan aspal. Begitu ceritanya. 2. Jangan takut apalagi heran kalau air bekas cucian tadi keluar dari lubang kecil di bawah knalpot. Lubang itu memang dirancang untuk melepaskan debu kotoran, air atau oli yang tersesat di dalam. Kalau nggak ada tuh lubang, kita mesti gulingkan motor atau belah perut knalpot untuk membuang segala kotoran di kanlapot. Keberadaan lubang ini tidak mengganggu fungsi knalpot. Tapi kalau masih keluar air meski moncong knalpot sudah ditutup. Mungkin lubang berdiameter 2 mm ini kena semprot air dan keluar saat motor dihidupkan. 3. Nggak usah tunggu lama tidak dipakai, motor sering dipakai pun bakal timbul endapan. Itu tidak masalah selama endapan tidak terlalu banyak. Misal hanya di bibir tutup tangki atau di atas bodi tangki. Tapi kalau endapan terlalu banyak akibat jarang dipakai, mending diganti baru. 4. Tergantung. Selama volume oli di dalam bak mesin tetap, tidak kadaluarsa dan belum terkontaminasi, oli tidak perlu diganti. Mengetahui kelayakannya bisa lakukan lewat langkah pengecekan di tongkat dip-stick. Dari batang ini bisa dilihat warna dan kualitas oli. Kalau warna sudah seperti cokelat susu, hati-hati. Kemungkinan besar oli sudah bercampur air melalui celah mesin atau terjadi kebocoran cairan pendingin. Selain itu cek kualitas dan kekentalan oli dengan cara meneteskannya di kertas putih. Kalau warna hitamnya (setelah dipakai) tidak rata atau hanya fokus di tengah, itu tanda kualitas pelumas sudah menurun. Oli macam ini baiknya diganti baru. Oil treatment tak ubahnya aditif, namun dalam bentuk kemasan terpisah guna mendukung kerja pelumas. Tapi penggunaannya tentu harus sesuai aturan, terlebih pada oli tertentu. Percuma kan kalau kualitas oli sudah bagus pakai oil treatment lagi. Salah-salah malah bikin efek buruk ke mesin. 5. Top-speed Suzuki Satria F-150 standar rata-rata sekitar 120~140 km/jam. Sumber: Tabloid MotorPlus Penyelaras Akhir: pk / SSFC-003

BERISIK!!!!!!!!!!!!!!!!!

PERHATIAN : Redaksi tidak bertanggung jawab atas hasil kerja yang dilakukan berdasarkan tips di bawah ini. Oleh karena itu tips di bawah ini lebih tepat dilakukan bersama dengan mekanik yang terlatih dan dipercaya. Sebenarnya mesin berisik ada beberapa penyebab. Biasanya nih, mesin berisik disebabkan: 1. Katup yg berbunyi 2. Bunyi dari bagian piston 3. Bunyi dari bagian rantai timing 4. Bunyi dari bagian kopling 5. Bunyi dari bagian crankshaft 6. Bunyi dari bagian transmisi Nah penyakit yang biasanya dihadapi satria FU 150 biasanya bersumber dari bagian rantai timing, bahasa umumnya rante keteng. Kenapa sih bisa bikin berisik? ya penyebabnya bisa karena rantainya sudah 'uzur' bin melar, sproket (gir)-nya aus, atau karena stelan rantainya tidak pas lagi alias perlu distel lagi kekencengannya. Terus gimana sih solusinya nih? Males banget, motor keren eh bunyinya berisik banget. Huh!!!. Paniknya hati ini, melihat motor kesayangan bunyi mesinnya teriak2. Sederhana sih solusinya, cukup dicek cam chain tension adjuster-nya bahasa gampangnya cek alat penyetel otomatis rante keteng. Cek apakah masih berfungsi atau tidak. Jika sudah tidak berfungsi maksimal ya memang musti diganti. Jadi ngak perlu asal claim minta diganti. Kalo masih berfungsi, artinya perlu distel lagi tuh tensioner!. Ente pasti nanya deh, yakin tuh gara2 tensionernya yg gak bener? Logikanya sih gini bro. Motor kita ini baru, kemungkinan cacat produksi memang ada, namun itu sangat kecil kemungkinannya. Apalagi perusahaan sekaliber Suzuki, pasti ngak sembarangan membuat suatu produk. Minimal mereka telah menerapkan quality control setaraf 6 sigma, bahasa umum dikalangan specialist quality control. Jadi rantai timing - rante keteng- kendor alias melar bin uzur ataupun kasus sproketnya yang aus karena masa pakai harian Udah percaya kan ente-ente?.. Tuh kan nanya lagi, Bos, gimana nih ngecek kl tensioner adjuster masih berfungsi baik? bener kan, pasti nanya. Gini nih caranya: 1.. Buka Cam Chain Adjuster Tensioner dari tempatnya. Gunakan kunci no 8. 2.. Setelah dibuka, dengan menggunakan obeng ( - )masukkan ke dalam celah tegangan rantai cam dan putar searah jarum jam untuk mengendorkan tegangan, kemudian lepaskan obeng ( - ). 3.. Untuk memastikan gerakan batang penekannya, bila batang penekannya macet/mekanisme pegasnya rusak ya harus diganti penyetel tegangan rantai keteng dengan yang baru. Jadi, ngak melulu tensioner adjusternya musti diganti, cek dulu masih bekerja atau tidak. Jika masih bekerja, tinggal menyetel ketegangan rantai cam yang sesuai. Kalo sudah tidak berfungsi barulah diganti. Untuk berbagai kasus, penggantian ini biasanya gratis, karena masih dalam masa garansi. OK, sekarang katakanlah cam chain tensioner adjuster masih berfungsi. Cara memasangnya gimana nih, apakah tinggal pasang aja atau perlu perhatian khusus? Berikut ini langkah-langkah yang kudu duperhatikan pada saat akan memasang kembali alat tersebut. 1.. Sebelum memasang, pastikan pegas penegang sudah dikunci. Caranya dengan obeng (-) putar searah jarum jam. 2.. Putar Crankchaft pada arah yang normal untuk menghilangkan kekendoran rantai antara crank sproket dan exhaust sproket. 3.. Setelah memasang cam chain tension adjuster, putar obeng (-) berlawanan arah jarum jam. Pada saat cam chain tension adjuster berputar batang penegang akan terdorong oleh daya pegas dan menekan cam chain tension adjuster yang sekaligus menekan rantai cam. Nah, begitu bro inpo-nye... Ente boleh coba sendiri, tapi sebaiknya didampingi mekanik yang berpengalaman. Lebih aman sih bawa ke BERES, enter perhatiin cara kerjanya, bandingkan dengan tips di atas. Setelah itu COPY PASTE deh, maksudnye kerjain ndiri kl ada kasus begini lagi di rumah. Lumayan hemat 30 rebu + pajak. Hehehehehe... Selamat mencoba!! Kontributor: Adi Subagiono/SSFC-056 Penyelaras Akhir: pk/SSFC-003

macam2 busi

Untuk mengenal lebih dekat karakter (kondisi) busi bermasalah, dan bagaimana sebaiknya tindakan Anda, berikut kami berikan beberapa tip sebagai berikut: • AUS (WORN) Tanda-tanda : Elektroda berbentuk bulat dengan sedikit endapan di mata busi (firing end). Warnanya normal. Namun susah distarter pada cuaca lembab, atau dingin akibat busi dibiarkan terlalu lama di mesin. Anjuran : Ganti busi dengan busi baru, dengan kisaran panas (heat range) yang sama. Ikuti petunjuk jadual perawatan. •ENDAPAN ARANG/JELAGA HITAM (CARBON DEPOSIT) Tanda-tanda : Endapan arang kering menunjukkan beragamnya campuran atau lemahnya pengapian. Hal tersebut menyebabkan busi macet dan sukar distarter. Anjuran : Pastikan bahwa busi memiliki kisaran panas (heat range) yang pas. Periksa, apakah saringan udara macet; atau ada masalah dengan sistem bahan bakar; atau sistem komputer mesin (engine management system). Selain itu, periksa juga sistem pengapian. • ENDAPAN ABU (ASH DEPOSIT) Tanda-tanda : Endapan berwarna coklat muda menempel di sisi atau di tengah elektroda, atau keduanya. Endapan yang terlalu banyak bisa menyelimuti busi, sehingga busi macet sewaktu berakselerasi. Anjuran : Jika terjadi endapan tebal dalam waktu yang relatif pendek, atau saat jarak tempuh baru beberapa kilometer, pasang valve guide seal yang baru guna mencegah rembesan oli ke ruang pembakaran. Dianjurkan juga untuk mengganti merek bahan bakar. • ENDAPAN OLI (OIL DEPOSIT) Tanda-tanda : Endapan oli disebabkan kurangnya kontrol pada oli. Oli bocor melewati katup yang robek atau piston ring, sehingga masuk ruang pengapian. Alhasil, mesin susah distarter, macet. Anjuran : Periksa kondisi mesin dengan melakukan perbaikan seperlunya. Kemudian pasang busi baru. • GAP BRIDGING Tanda-tanda: Akumulasi endapan (akibat pembakaran) telah menyatukan kedua elektroda, sehingga menyebabkan tidak ada celah di antara kedua elektroda. Akibatnya busi tidak bisa starter, dan silinder tidak berfungsi. Anjuran : Buka busi yang bermasalah, dan buang endapan yang telah menutup celah kedua elektroda. • BUSI TERLALU PANAS (TOO HOT) Tanda-tanda : Insulator melepuh dan berwarna putih, elektroda terkikis, dan tidak terdapat endapan. Hal ini akan memperpendek umur busi. Anjuran : Periksa kisaran panas busi yang pas, stelan timing tidak tepat (over-advanced ignition timing), bensin terlalu banyak (lean fuel mixture), vacum bocor di manifold atas (intake manifold vacum leak), sticking

OPREK MESIN SATRIA

karakter peranti juga kudu diperhatikan. Tujuannya, agar jangan sampai bentrok sama peranti aslinya. Maksudnya, setelah pakai part itu, eh akselerasi motor malah memble. Sebab, semua alat itu saling terkait antara satu dan lainnya. Apa aja sih ? Mari kita bedah bersama! Per Kopling Buat menyempurnakan penyaluran tenaga mesin, harus didukung entakan kuat. Maksudnya, respons tendangan balik per kopling. Kerenggangan per pun tetap terjaga. Sebab kampasnya tak selalu bergesekan dengan pelat kering. Sehingga peranti itu lebih awet. Punya engine bagus, tapi bila entakan koplingnya tidak, sama juga bohong. Rpm mesin tak akan menyentuh putaran tinggi, ujar Cepi, mekanik Pro SE. Solusinya, bisa pakai merek Inspiro dijual dengan harga Rp 150 ribu (hitam) dan Rp 100 ribu (kuning). CDI Kuda besi sekarang banyak dilengkapi CDI dengan pembatas rpm alias limiter. So, jangan protes kalau puncak tenaga mesin enggak pernah kesampaian. Baiknya, ganti tipe CDI unlimiter, ujar Sumantri bos Chips Motor di Pos Pengumben, Jakbar. Sudah banyak CDI impor yang datang untuk memuaskan hasrat ngebut para F150-ers. Misalnya, CDI racing buatan Thailand, seperti LEK, Shindengen dan TDR. Harganya bervariatif antara Rp 1,1 sampai Rp 1,7 juta. Namun tak ada salahnya mengaplikasi buatan lokal! Sebab, kualitasnya tak kalah bersaing dengan peranti pengapian dari Thai itu, lo! Sayang, baru satu buatan Indo yang berani bertarung. Yakni merek BRT yang bisa ditebus dengan harga Rp 550 ribu. Knalpot Untuk menyalurkan gas buang, pilihan knalpot yang ideal jadi penentu akselerasi. Sebab jika tak tepat, lari motor malah tertahan. Knalpot besar belum tentu menambah power mesin, ujar Dodo dari Dodo Motor Sport Racing, di Cileduk, Tangerang. Selain tertahan, jika mengaplikasi tipe gambot, terkadang tenaga cendrung ngempos alias terbuang percuma. Maka pemilik Satria F150 (F150-ers), harus pilih yang memiliki spesifikasi volume sesuai karakter mesin. Pilihanya, beragam knalpot impor dan lokal bisa jadi diaplikasi. Misal, buatan Thailand seperti merek Yoshimura. Terbagi 2 macam, tabung bahan titanium dilego Rp 2,3 juta dan stainless steel Rp 1,1 juta. Lainnya, merek Endurance model silencer oval ditawarkan Rp 1 juta. Lalu Performance lapis karbon ditawarkan Rp 1,3 juta dan penyalur gas sisa pembakaran berbahan stainless steel merek KR9 buatan Thailand dilepas Rp 1,1 juta. Bila tak ingin mengganti keseluruhan bagian knalpot, cukup tukar silencernya saja. Buatan lokal bisa jadi alternatif, soal kemampuan tak kalah dibanding merek Thailand. Misal merek Sinergy dilego Rp 400 ribu. Lainnya, merek Five Star dengan harga Rp 350 ribu dan bisa tembus hingga 12 ribu rpm. Karburator Beralih ke piranti penyalur semburan bensin alias karburator juga banyak. Mulai bikinan Amrik, Jepun hingga Taiwan dapat digunakan. Ukurannya dari 28 hingga 32 mm ujar An An Kuda juragan Pro SE Racing di kawasan Kebon Jeruk III, Jakbar. Nah, bicarain karbu, tinggal pilih. Mau merk Keihin atau Mikuni ? Keihin tipe PWK 28 mm, buatan 3 negara diatas, dilepas Rp 950 rb - Rp 1,9 juta. Tipe FCR 28 mm vacuum Rp 3,5 juta. Merek serupa untuk Honda NSR SP bisa dijagokan buat F150 Sedang Mikuni, hanya tersedia dua option. Tipe TM28 mm, pilih buatan Taiwan yang dijual Rp 1,2 juta atau Jepun Rp 2,1 juta. Bedanya ada dibagian tengah. Racikan Jepang mengaplikasi nosel, jarum skep dan cut away (bibir karbu) yang lebih besar ketimbang Taiwan. Busi Sabar ! Meski Satria F 150 telah dilengkapi OIL COOLER, mesin juga butuh pendinginan tambahan. Ingin pasang dua peredam panas mesin ? Ingin pasang dua peredam panas mesin ? Wah, enggak mungkin, tuh ! Jalan keluarnya pakai aja busi tipe dingin. Merk NGK Platinum CR8EGP, dilego Rp 90 ribu. Sumber: Tabloid OTOMOTIF Edisi 49 : XIV - 11 April 2005

MREBET WHY???

PUTARAN BAWAH MBREBET Gejala mbrebet di putaran mesin (rpm) bawah banyak dirasakan penyemplak Satria F150. Bahkan selepas pelintir gas terkadang disertai letupan di moncong knalpot. Hasil penyelidikan Sumantri, mekanik Chip Motor, Jakbar, menemukan indikasi minimnya suplai bensin. Sebab, ukuran pilot jet 12,5 terlalu kecil melayani mesin gambot berkapasitas 150 cc. "Pernah saya praktikkan mengganti ukuran 15 sampai 17,5. Keluhan brebet beberapa konsumen bisa teratasi. Lalu setelan angin sedikit dibuka. Bila standarnya setengah putaran ditambah menjadi satu putaran," ujar Sumantri. Nah, karena putaran atas tidak bermasalah ukuran main jet biarkan standar. Tetapi buat menambah power atasnya silakan dinaikkan satu step. Yaitu dari 110 menjadi 115. Selain mbrebet, karburator model vakum Satria F150 dikeluhkan kurang responsif. Gas dipelintir mendadak tarikan motor justru tercekik. "Satu-satunya solusi hanya dengan mengganti karbu. Pilihannya Mikuni 26 (Yamaha RX-King), Keihin 26 (Honda NSR 150R) atau Keihin 28 (Honda NSR 150SP)," tambah mekanik ceking ini. Apabila memilih pemasok dari NSR SP gunakan pilot jet 38 dan main jet 120. Berbeda jika pakai karbu RX-King. Putaran bawah minta spuyer 22,5 dan atasnya 150. Bahan bakar sebaiknya tetap menggunakan Pertamax. Bila ganti Premium muncul gejala ngelitik. CDI LIMITER Bagi yang doyan kebut-kebutan dijamin kecewa dengan CDI Satria F150. Pada 11.000 rpm, putaran mesin tercekik karena otak pengapiannya dilengkapi limiter. Mengatasinya langsung ganti dengan CDI tanpa pembatas rpm (unlimiter). Pilihannya cukup banyak mulai produk lokal hingga impor. Paling murah buatan Cibinong (CDI BRT) dibanderol Rp 550 ribu. Atau otak pengapian Thailand seperti LEK dan TDR Racing. Bahkan keluaran Jepang merek Shindengan juga tersedia. Harga bervariasi mulai Rp. 1,1 juta sampai Rp. 1,7 juta. Keluhan lainnya, CDI rawan hilang. Letaknya di kolong cover bodi bisa diraba dengan tangan. Maling dengan mudah menggapainya. "CDI konsumen saya ada yang nyaris hilang. Posisinya sudah terlepas dari dudukannya. Mencegahnya bisa diikat dengan cable ties ke rangka," saran Sumantri. BELOK SETIR GETAR Tongkrongan Satria F150 sporty abis. Apalagi didukung tenaga mesin gahar. Sayang, ketika melibas tikungan hati terasa miris. Stang terasa limbung atau goyang. Menurut Sumantri penyebabnya karena sokbreker depan tidak dilengkapi stabilizer. Normalnya antara sokbreker kanan dan kiri dihubungkan dengan besi atau pelat. Fungsinya untuk mengurangi perbedaan turun naik kedua suspensi. Sehingga getaran dan gejala limbung berkurang. Lebih terasa saat ngerem. Ketika terjadi perlambatan sokbreker depan sebelah kanan lebih dalam turun. Sebab, letak cakram berada di samping kanan.

setting karbu

2. JET • Mainjet, mainjet bawaan karburator ini 152, jelas terlalu besar untuk Satria FU, sesuai dengan anjuran mekanik toko, diganti dengan ukuran 112. Ukuran yang dirasa pas akhirnya ditemukan 122. • Pilot jet, untuk pilot jet bawaan pabrik 42 sebetulnya bisa digunakan, hanya menyetel idle mixturenya agak jauh, akhirnya digunakan ukuran 38. 3. Setting Karbu • Saat pertama dites, sekilas keluar dari garasi mesin langsam, hanya RPM sedikit naik turun. Setelah dicoba dipakai harian, baru ditemukan bahwa tiap di perempatan, jika berhenti agak lama kadang-kadang mesin tiba-tiba mati, namun distart lagi langsung jalan. Berdasarkan pengalaman, ini pasti gara-gara setelan idle mixture/ angin belum pas. Setelah dicoba-coba, didapat sekrup angin diputar sekitar 3,5 - 4 putaran melawan arah jarum jam. • Karena dengan pilot jet bawaan ternyata setting angin dirasa terlalu besar, maka pilot jet diganti dengan ukuran 38, dengan pilot jet ini didapat sekrup setelan angin 2,5 - 2,75 putaran melawan jarum jam. • Tes pada putaran tinggi ternyata di putaran 10.000 RPM mesin tersendat-sendat, padahal CDI sudah unlimited. Kalau ini sih gejala mainjet kurang besar, maklum diameter karburator kan bertambah 2mm, sudah sewajarnya mainjet pun ikutan dibesarkan. Setelah diganti dengan ukuran 122 akhirnya motor bisa lari dengan nyaman. Pengakuan bro Frans setelah menggunakan karbu ini selama 2 minggu : Setelah menggunakan karburator ini selama kurang lebih 2 mingguan, dirasakan memang tipe non vakum lebih responsif dibandingkan dengan tipe vakum. Hanya konsumsi bensin sepertinya agak lebih boros, namun masih tetap di kisaran 1liter : 33km. Sumber : Sebagaimana dituliskan Bro Frans from SSFC Bandung Area di situs pribadinya. Disesuaikan oleh Adi/SSFC-056

karbu vakum kurang asik

Banyak pengguna Satria F150 kurang puas dengan performa karburator vakum bawaan pabrik (Mikuni BS26), salah satu keluhannya tarikan kurang responsif. Solusinya ganti karburator dengan tipe non-vakum, seperti karbu eks RX-King, NSR-SP, atau Ninja. Mengganti dengan tipe ini memerlukan pengetahuan dan sedikit kehati-hatian. Oleh karena itu sering ditemui keluhan soal setingan, juga box filter udara yang tidak dapat lagi dipake. Nah bagi pemakai/ calon pemakai karburator tipe ini, jangan keburu takut dengan kendala-kendala tersebut. Setiap masalah pasti ada solusinya. Berikut ini pengalaman bro Frans from Bandung dalam meng'instal' karburator tersebut. I. Tahap Instalasi Memasang karburator ke arah manifold pasti tidak menjadi permasalahan karena mudah dilakukan. Sebaliknya memasang bagian selang karet ke Box Filter udara, setengah mati pasangnya. Jangan menyerah, ada caranya kok, begini caranya : i. Cabut selang karet filter dudukannya di box, selang ini dilem, tarik saja pelan-pelan, jangan sampai sobek karetnya. ii. Siapkan klem baru, karena diameter intake karburator Keihin ini agak berbeda jauh dengan karbu standard, model seperti klem pipa gas dengan diameter 2.5 bisa digunakan. iii. Lumuri karet filter dan intake karburator dengan oli. iv. Tempatkan karburator dengan intake menghadap ke atas. v. Masukkan klem ke slang karet. vi. Pasang selang karet ke intake, kencangkan klem begitu selang telah terpasang seluruhnya. vii. Install karburator ke manifold. viii. Lem kembali slang intake ke box filter udara dan kencangkan semua klem.
ix Tips: untuk memasang selang vakum ke kran bensin, gunakan selang pernapasan yang diberikan bersama karburatornya, untuk memperkecil diameternya, ke dalam selang dimasukkan selang oli samping yang diameternya lebih kecil, selang kecil ini dilem dengan superglue, lalu potong kelebihan selang. x Kabel gas, kabel gas harus diganti karena bentuk nepel yang berbeda dengan orisinil Satria. Karena bro Frans telah menggunakan grip gas dan switch eks Ninja, maka tinggal ganti dengan kabel gas orisinil Kawak Ninja. Instalasi setelah jadi bentuknya seperti ini:

nitro in my ride

Wuih... Teknologi di motor makin hebat! Terlebih di Tanah Air tercinta. Nitrous Oxide System alias NOS, sudah bisa pasang di motor. Buktinya sudah ada tuh! Tahun 2003, di Honda Karisma. Masih hangat lagi. Yaitu, Yamaha Mio milik JP Racing yang nongol di MOTOR Plus 445/VIII. Dibilang hebat, karena biasanya peranti ini umumnya banyak di aplikasi di mobil. Mau ikut pasang di tunggangan kesayangan? Boleh. Tapi, ada yang harus dilakukan. Nih simak apa saja persiapannya. Jangan lupa, edisi depan masih ada lanjutannya.
NITROUS OXIDE
Nitrous oxide merupakan gas gabungan antara nitrogen dengan oksigen. Banyak orang menyebutnya sebagai gas ketawa alias laughing gas. Sebab jika orang menghirupnya, memang bisa bikin tertawa. Asal tahu aja, gas ini juga banyak dipakai di tempat praktik dokter gigi. Tujuannya ya itu! Untuk membius pasien agar tak merasakan sakit ketika giginya diobati. Tapi, sesuai perkembangan zaman, nitrous oxide dikembangkan lagi di 1973 oleh ilmuwan Inggris Joseph Priestley. Baru deh sejak itu gas N2O ini banyak diaplikasi untuk menambah akselerasi di kendaraan. Misal, menambah power dan kecepatan buat di lintasan drag bike atau darg race.
WET OR DRY NOS
Nitrous Oxide Sistem alias NOS, terdiri dari dua tipe cara kerja. Sistem basah dan sistem kering. Mau tahu bedanya? Gampang! Perantinya, hampir sama. Perbedaannya hanya diinstalasi perangkat doang. Nih! Dibahas sistem basah dulu aja ya. Wet NOS, menginjeksi atawa menyembur dengan adanya campuran antara gas nitro dengan bahan bakar. Biasanya, nozzle semburan gas itu diletakan sebelum mulut karbu.“Tapi untuk tipe ini, harus membutuhkan satu peranti lagi. Yaitu fuel pump tambahan, sehingga mampu mendorong NOS ke ruang bakar,” ujar Taqwa Suryo Swasono, tunner mobil dari Garden Speed di Jl. KH Muhasim VIII, No. 45A, Cilandak, Jakarta Selatan.Lanjut ke dry NOS alias sistem kering. Nah, kalau tipe ini, gas nitrous oxide langsung ditembakan ke ruang bakar. Maka itu, biasanya nozzle penyembur gas diletakan di intake setelah karbu dan langsung menuju klep masuk. Menurut tunner mobil yang juga pernah bikin motor road race ini, dry NOS lebih aman digunakan buat motor. Itu karena biasanya motor menggunakan sistem bahan bakar karburator. Dan, enggak sedikit juga yang menganut tipe vakum.“Banyak yang coba sistem basah di karburator, tapi jebol. Penyebabnya, karena lebih banyak gas nitrous yang masuk lebih dulu ketimbang campuran bahan bakar,” bilang pria bertubuh gemuk ini. Sesuai vakum karburator yang baru memompa bahan bakar setelah kevakuman di karbu.
SISTEM INSTALASI
Nah, yang digunakan di motor Jessy Liga Siswanto alias Choky, pemilik Yamaha Mio NOS ini adalah sistem kering. Itu karena injektor yang bertugas menyemburkan gas nitro diletakan sesudah karburator. Gimana cara pasangnya? “Gas dari tabung, langsung ditembakan ke intake. Namun agar lebih kuat, nozzle ini menggantikan slang vakum dari tangki yang ke intake. Karena ada drat-nya, jadi lebih aman,” jelas Herry Coxer, mekanik JP Racing dan juga CXM Lebih Satu. Nah, posisi slang vakum dari tangki itu, dibuat ulang. Masih mengambil bagian yang sama alias di intake, tapi posisinya dibuat lebih ke atas ketimbang nozzle NOS. “Biar lebih aman lagi, dibuat model sistem cut off. Switch pengaktifan NOS dibuat terpisah dengan tombol penyembur NOS ke ruang bakar,” ungkap mekanik bertubuh kecil ini. Maka itu, Herry menaruh tombol penyembur NOS di setang, agar lebih mudah dijangkau.“Cara ini, lebih aman buat menghindarkan kerusakan akibat salah pemakaian,” bilang Michael Andries, tunner mobil dari M Tuning di Jl. Ciurendeu Indah III/100, Pondok Cabe, Banten. Pria ini, juga gape dan paham abiz soal NOS. Maksudnya, kerusakan akibat lupa mematikan NOS. Sehingga kala dihidupkan, kondisi NOS masih aktif dan siap menyembur ke ruang bakar. Jika seperti ini, selain motor bakal melaju, komponen di mesin juga akan rusak. Lanjut! Nah, di dalam nozzle di intakeitu terdapat semacam spuyer. Peranti ini terdiri dari beberapa macam ukuran (14, 16, 18). Ada tiga tipe ukuran yang bisa dipasang. Masing-masing ukuran menentukan semburan gas ke ruang bakar. Dan tiap ukuran ini juga menentukan seberapa besar tenaga instan yang bakal dihasilkan oleh mesin. Untuk di Mio spek mesin standar ini, Herry dan Choky menerapkan ukuran 16. “Sebelumnya gue coba pakai ukuran paling tinggi (18), tapi ternyata mesin nggak kuat,” aku Choky.
TEKANAN TABUNG
Pada tabung NOS, terdapat tulisan angka tekanan udara (psi). Contohnya seperti di tabung NOS milik Choky ini. Di situ, tertera angka 1.800 psi. Angka itu menandakan tekanan gas di tabung. Artinya, itu tekanan maksimum di tabung. “Tekanan gas di tabung, tak boleh rendah dari angka itu. Karena kalau lebih rendah, semburan tidak maksimal,” kata Michael yang akrab disapa Mike ini. Akhirnya, tenaga yang dihasilkan juga nggak maksimum. Besarnya tekanan di tabung dan jumlah angka itu bakal mempengaruhi performa mesin. “Semakin besar tekanan dan angka, proses pengabutan gas NOS di ruang bakar juga makin cepat,” bilangnya. Kalau di mobil, angka tekanan ini bisa dipantau lewat peranti pengukur tekanan. Baiknya, jika sobat ingin menerapkan NOS di motor, gunakan juga peranti pengukur tekanan gas juga ya.
TAK COCOK DENGAN AVGAS
Sekadar informasi, semburan gas nitrous di ruang bakar tidak klop alias cucok (cocok) dengan bahan bakar avgas alias bensol. “Itu karena berat jenis-nya lebih ringan ketimbang bahan bakar lainnya,” bilang Mike. Dengan berat jenis beda, campuran di ruang bakar akan jadi lebih miskin atawa lean. Begitunya, kebutuhan akan bahan bakar bakal berkurang. Malah semburan NOS yang berkuasa.
SETING SPUYER
Mike dan Taqwa juga Herry serta Choky, mengingatkan. Maksudnya, jangan lupa untuk seting ulang ukuran spuyer di karburator. Takut dengan adanya tambahan NOS di ruang bakar, mix jadi enggak sempurna. Bisa terlalu kering atau miskin atau terlalu kaya. “Lebih baik rich ketimbang lean. Kalau miskin, bisa bikin mesin jebol,” bilang Mike. Buat tahu campuran udara kurang atau terlalu kaya, bisa pantau lewat AFR (Air Fuel Ratio). Sayangnya, kalau di motor agak sulit ya? Kalau mobil kan ada ECU.

bukan teknologi tapi skill

Paham nggak, bikin mahal 4-tak itu, tenaga tiga kali lipat dari standar. Dampaknya, komponen cepat rontok. Bentar-bentar ganti spare-parts press. Tim berdana besar, pasti sanggup, walau meringis. Yang dananya kecil, akhirnya tersingkir. Ya sudah, sepi tuh balap motor. Maka, secepatnya regulasi direvisi. Jika tidak, Indonesia kehilangan regenerasi pembalap.Terlebih one make race alias OMR. Mereka diberi kebebasan bikin aturan sesuai visi dan misi promosi merek. Toh, regulasi pengetatan, bukan lantas bikin aroma persaingan meredup. Justru lebih menarik. Persaingan rata, rapat, dan bikin deg-degan yang nonton. Dibanding hanya satu-dua pembalap melejit sendirian tanpa lawan. Itu malah gregetnya kurang. Kalau begini, bukan hanya jumlah starter yang terkikis. Penonton menyusut. Sponsor juga bocen, ah. Ini nyata di ronde ke-VI Yamaha Cup Race, Tawang Mas Semarang, Jawa Tengah, Sabtu-Minggu (15-16 Juli) kemarin. Persaingan barisan kedua lebih mendebarkan. Itu setelah ditinggal lari Hokky dan Harlan dari Yamaha SKF Fuchs Star Motor, Jakarta. Misal underbone 4-tak 125 cc terbuka, Ardhi Satya yang pemula konsisten menguntit di belakang Doni Tata. Mata penonton lebih asyik menyimak pertarungan baris kedua ini, ketimbang Harlan dan Hokky yang jauh, jauh, jauh di depan, tanpa lawan.Itu karena teknologi mereka rata. “Jupiter Ardhi memakai klep standar Shogun. Head cuma ubah sitting klep. Magnet standar, dan CDI Rextor. Dengan taktik ini, komponen lebih awet. Tapi, akan lebih awet kalau regulasi dibatasi,” kata Waskito ‘Merit’ Ngubaini, mekanik Yamaha Pertamina Ardhi Satya. Setali tiga uang, semplakan Doni Tata mengusung CDI standar Vega. Klep in juga beda tipis dengan Ardhi, Doni pake payung klep diameter 26,5 mm. “Yang 110 cc malah magnet dan CDI standar Vega,” aku Kiswadi, mekanik sekaligus ortu Doni Tata.Sebagian kalangan balap motor, ingin mencontek speksifikasi Jupiter Doni Tata. Maksudnya, modifikasi ini, jadi patokan regulasi masa depan balap 4-tak. Terbukti, komponen Doni paling irit. “Jika pake spek ini, komponen tahan sampai lima event. Pada event ke-4 baru tahap pengecekan, belum tentu ada yang diganti,” tambah Mas Kis, begitu Kiswadi dipanggil istrinya alias mama Doni. Kiswadi terus membandingkan memakai diameter klep 28 mm. Katanya, menggunakan klep ini, “Laher kruk-as pasti oblak hanya satu event. Komponen lain, hanya tahan dua event. Kian parah pada 125 cc dengan karbu 28 mm plus magnet racing, setiap race wajib ganti ring piston, laher, dan sebagainya,” kekeh Kiswadi, soal aturan mahal balap motor 4-tak. Toh, meski ditinggal Hokky-Harlan di event kemarin, Jupiter yang setara Doni bukan berarti pelan. Tetap asyik ditonton. QTT mereka di sirkuit Tawang Mas masih di kisaran 50 detik. Saat lomba mereka mengandalkan skill membalap, bukan skill mesin. Sebab, sampai finish di depan belum jelas siapa pemenangnya. Lantas, dalam keterbatasan aplikasi teknologi itu, Kiswadi mengaku motor Doni njerit sampai 15,3 ribu rpm. “Motor saya juga masih bisa sampai 14 ribu rpm,” tambah Merit yang setuju dengan pembatasan regulasi 4-tak di masa mendatang akibat pesanan pada bengkelnya terus menyusut.Dengan keterbatasan itu, kreasi mekanik jadi tumpuan memaksimalkan tenaga. “Asal diadu dalam aturan yang sama, saya berani motor bikinan saya akan melawan. Kalau seperti sekarang, sudah ketebak. Saya kalah modal. Sulit ngejarnya,” tutur Rinut, mekanik Ribut Motor, Semarang.Makanya, pembatasan regulasi kayaknya memang bisa jadi solusi agar balap enggak makin surut. Ingat, pertarungan yang kompetitip salah satu faktor memotivasi pembalap dan tim baru. “Kalau seperti sekarang ini, ikut kejurnas malas. Sudah pasti kalah motor. Soalnya bukan adu skill,” ungkap Philipus, pemula asal Semarang.

karbu vakum ganti aja

Pemilik Suzuki Satria F-150 banyak mengeluh sama performa karburator standar. Itu data yang masuk ke Kahfi, pemilik bengkel Ajag-Ajig di Larangan, Ciledug. “Nafas kurang panjang dan kurang spontan,” kata Kahfi. Keluhan timbul karena belum terbiasa sama karburator sistem vakum. “Bisa jadi karena banyak yang belum paham buka-tutup gas dengan karburator vakum,” lanjut Kahfi berapi-api. Solusi yang dilakukan Kahfi mengganti dengan karburator 28 mm. “Standar kan 26 mm, jadi naik 28 mm punya Keihin,” lanjut warga Ragunan, Jakarta Selatan ini. Di pasaran. Harga karbu yang lebih besar itu ditaskir sekitar Rp 750 ribu (gbr. 1). Tap, tap, tapi maksudnya, ganti karbu belum juga menyelesaikan masalah. Harus juga ganti spuyer. “Main-jet standar, bisa Rp 50 ribu,” kata lajang kurus ini lagi. Padahal untuk mencari setingan yang pas harus punya stok beberapa main-jet. Akhirnya didapat substitusi menggunakan main-jet Toyota Kijang. Bentuknya agak lebih besar dibanding standar (gbr. 2). Harga Rp 2.000. “Bawa main-jet standar ke toko spuyer kalau mau beli punya Kijang 1800 cc, kemudian cocokan ukuran. “Karena murah, maka bisa beli 5 main-jet dengan ukuran bertingkat. Dari sebesar standar karbu tadi. Buat jaga-jaga,” wanti Kahfi. Misalya ukuran main-jet standar pas dengan ukuran 115 punya Kijang, nah kita beli mulai dari 115, 120 dan seterusnya. Punya stok main-jet banyak, mekanik lebih gampang mencari setingan. Oh ya, penggantian karbu tadi selain membuat tarikan lebih sip, juga gampang kalau ingin menyetel angin. “KarbuF-150 setelan angin tertutup rangka karena ada di kiri. Sementara Keihin 28 ada di kanan,” tutup dedengkot Jakarta Satria Club (JSC) ini.